Sampaikan Visi, Thomas Frank Ingin Tottenham Tampil Berani
Era baru di Tottenham Hotspur telah resmi dimulai. Manajer anyar, Thomas Frank, pada konferensi pers perdananya Jumat lalu, menegaskan visinya untuk tim: memainkan sepak bola yang berani, agresif, dan menyerang, sesuai dengan motto klub, "To Dare Is To Do".
Frank, yang menggantikan Ange Postecoglou bulan lalu, berbicara menjelang pertandingan persahabatan melawan Reading pada Sabtu, menggarisbawahi komitmennya terhadap gaya bermain berintensitas tinggi yang berakar pada keberanian dan ambisi.
Terjemahkan Motto Klub ke Lapangan Hijau
Thomas Frank, yang dikenal dengan filosofi sepak bolanya yang progresif dan kemampuan membangun tim yang solid saat bersama Brentford, kini membawa pendekatannya ke Tottenham. Ia ingin para pemainnya tidak hanya memahami motto klub, tetapi juga menerjemahkannya ke dalam setiap aksi di lapangan.
"Prinsip saya sangat jelas. Saya ingin melihat tim ini berani, agresif, dan menyerang. Berani berkaitan dengan ‘dare is to do’," ujar Frank.
"Jika Anda tidak berani, sangat sulit untuk mencapai apa pun. Menjadi agresif sangat penting dan, tentu saja, kami perlu menyerang."
Visi ini menjanjikan tontonan sepak bola yang menarik bagi para penggemar Spurs. Frank bertekad untuk membangun tim yang tidak hanya efektif, tetapi juga menghibur, dengan gaya bermain yang proaktif dan dominan.
Baca juga: Tottenham Resmi Dapatkan Mohammed Kudus dari West Ham
Komitmen pada Intensitas Tinggi dan Keberanian
Frank menekankan bahwa gaya bermain yang ia inginkan akan membutuhkan tingkat intensitas dan keberanian yang tinggi dari setiap pemain. Ini berarti menekan lawan di seluruh lapangan, mengambil risiko yang diperhitungkan dalam serangan, dan tidak takut untuk mendominasi penguasaan bola.
Seperti yang diketahui, Tottenham resmi menunjuk Frank sebagai manajer baru mereka, menggantikan Postecoglou yang dipecat meski sukses mempersembahkan trofi Liga Europa musim lalu.
Keputusan ini menandai awal era baru di London Utara, dengan pelatih asal Denmark itu akan memimpin Spurs dalam kembalinya mereka ke Liga Champions musim depan.
"Sangat sulit (meninggalkan Brentford) dan juga sangat mudah. Saya orang yang totalitas. Saya terikat dan memiliki hubungan yang baik di sana," ujarnya.
"Saya juga merasa mungkin sudah waktunya untuk menantang diri sendiri dan ketika klub sebesar Tottenham datang, saya ingin menjadi bagian darinya."
Hadapi Tantangan Berat
Spurs memang telah mengalami masa-masa sulit, yang puncaknya terjadi pada musim lalu saat mengakhiri musim di posisi ke-17. Frank pun kini menjadi pelatih kelima Spurs dalam lima tahun terakhir.
"Pertama dan terpenting, Ange akan selamanya menjadi legenda di Tottenham. Satu dari hanya tiga pemain yang pernah memenangkan trofi Eropa di sini, dan yang pertama dalam 41 tahun," tambahnya.
"Saya pikir kemenangan mereka (Liga Europa) sangat positif. Tujuan pertama adalah kami harus mampu bersaing di keempat kompetisi. Itu harus menjadi tujuan kami. Saya pikir 2019 adalah terakhir kalinya mereka berhasil bersaing di berbagai kompetisi."
"Saya suka menantang diri sendiri. Saya belum pernah dipecat sebelumnya, jadi itulah salah satu alasan saya menerima pekerjaan ini, agar saya bisa sedikit lebih berani mengambil risiko dalam kehidupan sehari-hari.”
"Datang ke klub besar, ada tekanan. Kami harus tampil baik karena ini 'kita', ini saya, staf, dan para pemain. Kami harus melakukannya bersama-sama."